Hasto Kristiyanto: Temuan Mengejutkan Manipulasi Suara dalam Pemilu 2024
RedaksiBali.com – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengungkapkan temuan mengejutkan dari pakar IT terkait hasil penghitungan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Berdasarkan temuan tersebut, suara pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar-Mahfud), sebenarnya mencapai 33 persen, bukan 16 persen seperti yang sebelumnya diumumkan.
Hasil audit forensik pada sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) dilakukan pada 16 Februari 2024. Temuan menunjukkan adanya JSON script yang dipasang di Sirekap untuk mengunci perolehan suara Ganjar-Mahfud di angka 16 persen. Setelah normalisasi dilakukan pada tanggal tersebut, perolehan suara Ganjar-Mahfud mencapai 33 persen, sedangkan paslon lainnya, Prabowo-Gibran, mencapai 43 persen.
Manipulasi ini dilakukan dengan cara memanipulasi formulir C1, yang merupakan single frame. Pakar IT menegaskan bahwa manipulasi pada single frame seperti C1 dapat dilakukan dengan mudah menggunakan algoritma tertentu, terlebih lagi dengan kecerdasan buatan (AI). Dugaan manipulasi ini semakin diperkuat dengan hasil exit poll di luar negeri yang menunjukkan Ganjar-Mahfud unggul dibandingkan dengan paslon lainnya.
Selain itu, hasil audit forensik juga menyimpulkan bahwa Pemilu 2024 seharusnya berlangsung dalam 2 putaran, karena tak ada paslon yang mencapai suara di atas 51 persen. Namun, hasil rekapitulasi suara dari 33 provinsi menunjukkan bahwa paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran, menang di 31 provinsi, sedangkan paslon nomor urut 01, Anies-Muhaimin, menang di dua provinsi. Sementara paslon nomor urut 03, Ganjar-Mahfud, belum meraih kemenangan di satu provinsi pun.
Meskipun demikian, proses rekapitulasi suara Pemilu 2024 tingkat nasional berjalan lancar sesuai target yang telah ditetapkan KPU, dengan target selesai sebelum tanggal 20 Maret 2024.
Manipulasi Suara dalam Pemilu 2024
Temuan manipulasi suara yang dilakukan pada Pemilu 2024 mengejutkan banyak pihak. Dalam hal ini, Ganjar-Mahfud yang sebenarnya memiliki perolehan suara 33 persen, hanya diumumkan memiliki perolehan suara 16 persen. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk merugikan paslon tersebut dan menguntungkan paslon lainnya.
Manipulasi suara dilakukan melalui sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) yang dimiliki oleh KPU. Dalam audit forensik, ditemukan adanya JSON script yang dipasang di Sirekap untuk mengunci perolehan suara Ganjar-Mahfud. Setelah normalisasi dilakukan, perolehan suara Ganjar-Mahfud terungkap mencapai 33 persen.
Pakar IT menjelaskan bahwa manipulasi suara pada Pemilu dapat dilakukan dengan mudah menggunakan algoritma tertentu, terutama dengan bantuan kecerdasan buatan (AI). Dalam kasus ini, manipulasi dilakukan pada formulir C1 yang merupakan single frame. Hal ini menunjukkan kerentanan sistem Pemilu terhadap tindakan manipulatif yang dapat mengubah hasil suara secara signifikan.
Hasil Audit Forensik dan Exit Poll
Hasil audit forensik yang menunjukkan adanya manipulasi suara Ganjar-Mahfud dalam Pemilu 2024 semakin diperkuat dengan hasil exit poll di luar negeri. Exit poll menunjukkan bahwa Ganjar-Mahfud unggul dibandingkan dengan paslon lainnya. Hal ini menjadi indikasi bahwa manipulasi suara tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga mendapatkan pengakuan dari survei di luar negeri.
Selain itu, hasil audit forensik juga menyarankan bahwa Pemilu 2024 seharusnya berlangsung dalam 2 putaran. Hal ini dikarenakan tidak ada paslon yang mencapai suara di atas 51 persen. Namun, hasil rekapitulasi suara dari 33 provinsi menunjukkan bahwa Prabowo-Gibran berhasil menang di 31 provinsi, sementara Anies-Muhaimin hanya menang di dua provinsi. Sementara itu, Ganjar-Mahfud belum meraih kemenangan di satu provinsi pun.
Meskipun demikian, proses rekapitulasi suara Pemilu 2024 berjalan lancar sesuai target yang telah ditetapkan KPU. Proses tersebut diharapkan selesai sebelum tanggal 20 Maret 2024.
Dengan temuan manipulasi suara dalam Pemilu 2024 ini, diharapkan pihak terkait dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan keadilan dan integritas dalam proses demokrasi. Manipulasi suara adalah tindakan yang merugikan dan dapat mengganggu stabilitas politik suatu negara. Oleh karena itu, transparansi dan akuntabilitas harus diutamakan dalam setiap tahapan Pemilu untuk mencegah terjadinya manipulasi suara di masa mendatang.