Gerindra Desak Gus Miftah Minta Maaf: Kontroversi Ucapan terhadap Pedagang Es Jadi Sorotan
Gerindra Desak Gus Miftah Minta Maaf atas Kontroversi Ucapan terhadap Pedagang Es Jadi Sorotan
RedaksiBali.com – Kontroversi kembali melanda dunia politik dan keagamaan di Indonesia. Kali ini, Partai Gerindra secara terbuka meminta Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Gus Miftah, untuk meminta maaf atas ucapannya yang dianggap menghina seorang pedagang es teh.
Permintaan tersebut disampaikan melalui unggahan di akun Instagram resmi Partai Gerindra, @gerindra, pada Selasa (3/12) malam.
“Dengan segala kerendahan hati, mimin minta Gus @gusmiftah untuk minta maaf ke Bapak penjual es,” tulis unggahan tersebut.
Mengapa Gerindra Mendesak Permintaan Maaf?
Menurut Gerindra, tindakan Gus Miftah tidak mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Presiden RI sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam unggahan yang sama, partai tersebut membagikan video pidato Prabowo yang mengungkapkan rasa hormatnya kepada pedagang kaki lima.
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan pentingnya menghormati perjuangan para pedagang kecil yang mencari nafkah secara halal demi keluarga mereka.
“Keringat, fisik mencari makan untuk anak dan istrinya, itu yang kita hormati. Mereka mulia, mereka jujur, mereka halal,” ujar Prabowo dalam video tersebut.
baca juga:
Kronologi Kejadian
Kontroversi ini bermula dari sebuah acara keagamaan bertajuk Magelang Bersholawat yang diisi oleh Gus Miftah beberapa hari lalu. Dalam sebuah potongan video yang beredar luas, Gus Miftah terlihat berbicara kepada seorang pedagang es teh dengan nada yang dianggap tidak pantas.
Dalam video tersebut, Gus Miftah bertanya kepada pedagang, "Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir)."
Tanggapan Gus Miftah dan Kuasa Hukumnya
Menanggapi kritik tersebut, kuasa hukum Gus Miftah, Herdiyan Saksono, mengklaim bahwa pernyataan tersebut hanyalah guyonan atau intermezzo dalam penyampaian ceramah.
"Bahwa itulah guyonan atau gaya bahasa dalam penyampaian syiar, dalam penyampaian sebuah cerita yang dimaknai dengan pertanda-pertanda, yang menurut Gus itu merupakan intermezzo dan menarik perhatian para khalayak ramai," jelas Herdiyan dalam video yang dirilis pada Selasa (3/12).
Meski demikian, video tersebut memicu reaksi keras dari masyarakat. Hingga Rabu (4/12) pagi, unggahan Gerindra di Instagram telah mendapatkan lebih dari 224 ribu likes dan 29,4 ribu komentar, menunjukkan besarnya perhatian publik terhadap isu ini.
Dampak pada Media Sosial
Kasus ini menjadi pembicaraan hangat di berbagai platform media sosial. Banyak yang menyayangkan tindakan Gus Miftah dan mendukung langkah Partai Gerindra yang meminta permohonan maaf. Namun, tidak sedikit pula yang membela Gus Miftah, menyebut bahwa pernyataan tersebut tidak lebih dari candaan.
Kontroversi ini mengingatkan pentingnya menjaga tutur kata, terutama bagi tokoh publik. Apakah ucapan Gus Miftah murni guyonan atau bentuk penghinaan, respons publik yang besar menunjukkan bahwa tindakan ini telah menyentuh sensitivitas masyarakat.
Sebagai tokoh yang memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan, langkah Gus Miftah untuk memberikan klarifikasi atau permohonan maaf bisa menjadi solusi yang bijak untuk meredakan polemik.