Menjaga Asa Pariwisata melalui International Conference on Tourism and Entrepreneurship
REDAKSIBALI.COM – Fakultas Pariwisata Universitas Udayana yang bekerja sama dengan Goodwood Publishing, menyelenggarakan The 2nd International Conference on Tourism and Entrepreneurship pada 11 Desember 2020 secara online. Event yang merupakan kegiatan ilmiah untuk menyajikan hasil-hasil penelitian dalam bidang pariwisata dan kewirausahaan. ICTE 2020 mengangkat tema “Addressing New Challenges of Sustainable Tourism Business in The Society 5.0”.
Hadir sebagai keynote speaker Dirjen Kebudayaan RI, Dr. Hilmar Farid dan Asisten IV Gubernur Bali. Selain itu beberapa pengamat dan peneliti pariwisata hadir menyampaikan gagasannya dalam sesi planery session antara lain: Prof Darma Putra, M.Lit, Prof Michael Hitchock (University of London), Dr. Viachaslao (Slava) Filimonau (Bournemouth University, Selandia Baru), dan Dr Nyoman Sunarta (Dekan Fakultas Pariwisata Unud).
Kegiatan ini menjadi arena bergengsi untuk mempresentasikan hasil riset terbaik dalam bidang kewirausahaan dan pariwisata oleh para peneliti, pendidik, mahasiswa, dan praksi dari seluruh Asia bahkan dunia.
Tujuan utama konferensi ini adalah untuk menyediakan sebuah wadah bagi para peserta untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka dan untuk pertukaran informasi dan pengetahuan antara akademisi dan praktisi. Konferensi tersebut juga akan memberikan ruang pertemuan antara peneliti dan praktisi pariwisata yang peduli dengan pengelolaan pariwisatan dan kewirausahaan .
Dirjen Kebudayaan RI, Dr. Hilman Farid, dalam paparannya menekankan bahwa Covid 19 juga memberikan kesempatan untuk berkontemplasi dan melihat ulang tatanan pariwisata, khususnya pariwisata Bali. Teknologi digital adalah sesuatu hal yang sangat esensi dalam pengembangan pariwisata pasca Covid 19, namun hanya sebatas alat.
Kunci utamanya tetap pada bagaimana menjaga kualitas lingkungan dan pelestarian budaya. Bagaimana menyajikan tradisi secara otentik, seraya tidak berupaya untuk menyesuaikan atau mengubah sesuai keinginan luar. Pengembangan desa wisata juga harus diperhatikan, bukan sekedar memasukkan semua tarian ke aplikasi.
“Kita harus siapkan ‘pasar’ yang aman untuk desa wisata dan pelestarian budaya”, jelasnya. Hilman Farid juga menegaskan agar pemikiran yang terhimpun dari konferensi tidak berhenti hanya sebatas ide, namun bisa menjadi program aksi yang nyata.
Sementara Prof Darma Putra memaparkan perihal pentingnya peran perempuan dalam pengembangan pariwisata Bali. Besarnya peran perempuan tersebut menunjukkan bahwa sejak awal perkembangan pariwisata Bali telah memberikan kesempatan kepada perempuan dalam mengaktualisasikan pemikiran dan gagasannya dalam kehidupan nyata.
Dekan Pariwisata, Dr. Nyoman Sunarta, M.Si. menekankan pentingnya mengantisipasi dampak pengembangan pariwisata terhadap keberlangsungan Subak dengan memberikan ruang lebih luas kepada peran petani beserta kebudayaan agraris yang melingkupinya. Sedangkan Dr. Viachaslao (Slava) Filimonau mengulas perihal “ Opportunities and Challenges of food waste management in hospitality and food services (HaPS)”.
130 orang presenter berpartisipasi dalam konferensi dengan berbagai topic dalam ranah kepariwisataan dan entrepreneurship, berlangsung dari pagi hingga jam 17.15 WITA.(*)