Dihadiri Pjs Bupati Karangasem, Bara Foundation Tanam 200 Pohon Langka
Suasana acara penanaman 200 pohon di kawasan sekitar Pura Mekah, banjar Batumadeg, Desa Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Minggu (29/11/2020)
REDAKSIBALI.COM – Untuk melestarikan beberapa jenis tanaman upakara yang mulai sulit didapat di Bali, Bara Fondation melakukan penanaman 200 pohon di kawasan sekitar Pura Mekah, banjar Batumadeg, Desa Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Minggu (29/11/2020).
Penanaman dilakukan para pengurus dan simpatisan yayasan tersebut bersama prajuru banjar setempat dihadiri oleh Pejabat Sementara Bupati Karangasem, I Wayan Serinah. Adapun jenis tanaman yang di tanam tersebut antara lain Cendana (Santalum album), Majegau (Dysoxylum densiflorum) dan Rijasa (Elaeocarpus glandiflorus). Ketiganya merupakan tanaman ‘penting’ yang banyak digunakan dalam upacara-upacara keagamaan dalam skala kecil maupun besar di Bali.
Menurut I Putu Respita Sukawahana, penggerak utama kegiatan ini, pemilihan ketiga jenis tanaman tersebut berdasar pertimbangan semakin sulitnya mendapat jenis-jenis tanaman tersebut.
“Padahal tanaman-tanaman itu sangat diperlukan sebagai sarana upacara di Bali,” ujarnya.
Dalam catatan Putu Respita, majegau bahkan merupakan kekayaan hayati khas Pulau Bali. Tanaman ini biasanya digunakan untuk bahan bangunan suci atau pratima karena diyakini merupakan simbolisasi dari Bhatara Sadasiwa.
Berkait itu Putu Respita mengucapkan terima kasih Kepada Balai PengelolaanDaerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Unda Anyar, Bali, yang telah menyumbangkan ratusan bibit tanaman langka yang akan ditanam di berbagai lokasi di seluruh Bali oleh Bara Fondation.
Dalam sambutannya, Pjs Bupati Karangasem, I Wayan Serinah, menyampaikan rasa gembiranya terhadap kegiatan penanaman ratusan pohon langka yang dilakukan di wilayahnya. Baginya upaya ini merupakan sebagai sebuah kehormatan dengan menjadikan Kabupaten Karangasem sebagai prioritas utama penanaman pohon-pohon tersebut..
“Semoga apa yang kita tanam hari ini menjadi tumbuh dan besar serta memberi vibrasi kedamaian dan vibrasi positif lainnya bagi seluruh masyarakat Bali,” ucapnya seraya menyampaikan apresiasi kepada Bara Foundation yang tetap teguh melaksanakan program sosial dan lingkungannya bahkan di saat situasi sedang sulit akibat pandemi covid-19 saat ini.
“Saya berdoa semoga upaya serupa yang akan dilakukan oleh yayasan ini di waktu-waktu berjalan lancar dan baik, sekaligus berharap semoga hal ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan kita,” imbuhnya.
Mengenai Bara Foundation, yayasan ini merupakan lembaga non profit yang bergerak di bidang pemajuan kebudayaan, sosial, dan lingkungan. Yayasan ini diinisiasi oleh para pecinta, pemerhati, dan penekun ‘budaya’ keris yang berbasis di Prapen Wesiaji, Banjar Tegal Kuwalon, Kesiman, Denpasar Timur. Adapun aksi sosial dan lingkungan mereka lakukan berkait pemahaman mereka tentang hal mendasar pada keris.
“Menurut kami, keris hanya semacam ekspresi dari kesadaran tentang pentingnya menyelaraskan diri dengan Tuhan, sesama, dan alam sekitar. Pewujudan sebilah keris bukanlah semata-mata penempaan logam menjadi bilah yang sedemikian rupa bentuknya, melainkan penempaan diri sendiri agar menjadi lebih baik dari hari sebelumnya,” terang Putu Respita.**