Opini

Hari Raya Nyepi, Pengembangan Sumber Daya Manusia dan SDGs Desa

Hari Minggu Tanggal 14 Maret 2021, Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, makna dan pelaksanaan Hari Raya Nyepi mengandung arti dan makna yang sangat relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.

Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan sebagai makna dan pelaksanaan hari raya nyepi dalam merayakan pergantian Tahun Saka

Sebagaimana telah dikemukakan, Brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada menjadi Catur Brata Penyepian yaitu:

  1. Amati Geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).
  2. Amati Karya (tidak bekerja). Hal ini berarti menyepikan indria.
  3. Amati Lelungaan (tidak bepergian). Maknanya mengistirahatkan badan.
  4. Amati Lelanguan (tidak mencari hiburan).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat.

Yang terpenting, makna dan pelaksanaan hari raya Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.

Membangun Manusia Indonesia Seutuhnya  merupakan hakikat pembangunan nasional Indonesia. Membangun manusia Indonesia seutuhnya adalah titik pangkal sekaligus titik akhir dari setiap usaha dan kerja yang sedang diusahakan dan dikerjakan oleh seluruh manusia Indonesia.

Harus disadari bahwa komponen paling penting dalam berlangsungnya kehidupan berbangsa dan bernegara adalah manusia. Manusia sebagai warga negara yang mengelola seluruh komponen-komponen pembentuk struktur keberadaan suatu bangsa seperti sumber daya alam, posisi geografis negara, keberagaman, komposisi penduduk, warisan filsafat dan nilai-nilai suatu bangsa, dan manusia itu sendiri. Jelas, bahwa manusia adalah satu-satunya pengelola segala sumber daya bangsanya.

Kekuatan manusia pada dasarnya tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata, secara individual, melainkan terletak pada kemampuannya untuk bekerja sama dengan manusia lainnya. Dengan manusia lainnya dalam masyarakat itulah manusia membentuk kehidupan, menciptakan kebudayaan, yang pada akhirnya membedakan manusia dari segenap mahluk hidup yang lain, dan mengantarkan umat manusia ke tingkat mutu, martabat dan harkatnya sebagaimana manusia yang hidup pada zaman sekarang dan zaman yang akan datang.

Hakikat pembangunan nasional Indonesia ialah pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal tersebut berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional diperlukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Harus ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini, unsur manusia, unsur sosial-budaya, dan unsur lainnya harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
  2. Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air.
  3. Subjek dan objek pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia, sehingga pembangunan harus berkeperibadian Indonesia pula.
  4. Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah mesti saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.

SDGs Desa adalah pembangunan total atas desa. Seluruh aspek pembangunan yang digagas PBB sejak pendirian hingga kini diterapkan, seluruh warga desa harus menjadi pemanfaatnya, tidak ada yang terlewat. Dan, kemajuan tiada akan berhenti, melainkan berkelanjutan bagi generasi-generasi mendatang. Mewujudkan desa tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, layak air bersih dan sanitasi, berenergi bersih dan terbarukan, infrastruktur dan inovasi sesuai kebutuhan. Warganya sehat dan sejahtera, menerima pendidikan berkualitas, perempuan berpartisipasi, menumbuhkan ekonomi merata, konsumsi dan produksi sadar lingkungan. Tinggal di permukiman yang  aman dan nyaman, tanggap perubahan iklim, peduli lingkungan laut dan darat, damai berkeadilan, bermitra membangun desa.

SDGs berpedoman pada lima prinsip-prinsip dasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, social dan lingkungan, yang dikenal dengan 5 P yaitu:1.People atau Manusia, 2.Planet atau Bumi, 3.Prosperity atau Kesejahteraan, 4.Peace atau Perdamaian dan 5.Partnership atau Kemitraan.

Prinsip pembangunan global yang menempatkan manusia sebagai perhatian utama dalam pembangunan (people centered development), dengan mengentaskan kemiskinan dan kelaparan beserta seluruh bentuk dan dimensinya. Prinsip ini juga harus memastikan seluruh manusia dapat  memenuhi kebutuhannya secara adil, merata, serta hidup di lingkungan sehat.

Dalam keheningan, semoga kita dapat menemukan jati diri kita untuk dapat melangkah lebih baik dalam perjalanan hidup kita ke depan. Selamat menjalankan Catur Brata Penyepian, Tahun Baru Saka 1943.

 

Opini oleh I Nyoman Budhi Wirayadnya (TA PMD Kota Denpasar)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *