Ancaman Penurunan Kesuburan di Indonesia: Bagaimana Dampaknya pada Pertumbuhan Penduduk?
RedaksiBali.com – Total fertility rate (TFR) di Indonesia telah mengalami penurunan kesuburan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, turun menjadi 2,1 dari sebelumnya 2,4 hingga 2,7. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait laju pertumbuhan penduduk yang dapat berdampak pada peluang bonus demografi yang mulai tertutup sejak tahun 2035.
Meskipun demikian, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Indonesia tidak akan menghadapi ancaman langsung seperti yang dialami oleh China terkait penyusutan populasi dalam waktu dekat. Proyeksi BKKBN menunjukkan bahwa kemungkinan penyusutan populasi baru akan terjadi pada rentang waktu antara tahun 2050 hingga 2070.
“Meskipun ada penurunan, hal itu tidak akan mengakibatkan penyusutan jumlah populasi. Penyusutan akan mungkin terjadi pada tahun 2050, namun trennya hanya melambat. Penduduk tidak akan mengalami penurunan,” jelas perwakilan BKKBN.
Penurunan angka kesuburan juga diikuti dengan peningkatan angka harapan hidup, mencapai 74 tahun. Banyak lansia di Indonesia yang masih berusia 70 hingga 80 tahun tetap dalam keadaan sehat. Namun, ancaman di masa depan terkait penurunan kesuburan ini akan berdampak pada laju pertumbuhan penduduk.
Penurunan pertumbuhan penduduk dapat mengakibatkan ketidakcukupan Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang diharapkan dalam bonus demografi di masa mendatang. Indonesia berpotensi terjebak dalam status 'middle income' jika peluang ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terkait dengan karakteristik lansia di Indonesia yang umumnya memiliki latar belakang pendidikan rendah dan kelas ekonomi menengah ke bawah, berbeda dengan negara-negara lain seperti Jepang yang memiliki lansia dengan tingkat pendidikan dan kekayaan yang lebih tinggi.