Ketegangan Memuncak di Timur Tengah: Iran Siapkan 10 Skenario Serangan Balasan Terhadap Israel
RedaksiBali.com – Ketegangan terbaru antara Iran dan Israel, di mana Iran telah menyiapkan 10 skenario serangan balasan sebagai respons terhadap tindakan Israel yang membunuh pemimpin Hamas dan Hizbullah.
Ketegangan antara Iran dan Israel semakin memanas setelah Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran yang mengenai beberapa pangkalan militer Israel. Ini merupakan respons terhadap pembunuhan para pemimpin kelompok Hamas dan Hizbullah oleh Israel. Israel pun mengancam akan melakukan balasan yang “serius dan signifikan.”
Menurut laporan dari kantor berita Tasnim, yang memiliki hubungan dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Iran telah mempersiapkan setidaknya sepuluh skenario untuk menghadapi serangan balasan Israel. Seorang sumber yang dekat dengan isu tersebut menyatakan bahwa respons Iran tidak harus sebanding dengan tindakan Israel, tetapi bisa lebih keras dengan sasaran yang berbeda, sehingga meningkatkan efektivitas respons.
baca juga :
Sumber tersebut mengungkapkan bahwa Israel, dengan ukuran yang lebih kecil dan infrastruktur yang lebih sensitif, berpotensi mengalami dampak yang signifikan dari serangan balasan Iran. Pernyataan ini menegaskan bahwa negara-negara yang mendukung Israel dalam potensi serangan, seperti Amerika Serikat, akan melewati "garis merah" Iran dan berisiko mengalami kerugian.
Iran telah mengirim pesan kepada Washington melalui Qatar, menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi melakukan "pengendalian diri sepihak." Dalam perkembangan lain, dilaporkan bahwa Washington menawarkan paket kompensasi kepada Israel untuk menahan diri dari serangan terhadap fasilitas nuklir atau minyak Iran. Namun, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa "semua opsi masih terbuka."
Dampak Jangka Panjang
Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang terbunuh di Teheran pada Agustus, meski Israel tidak mengklaim tanggung jawab secara langsung. Namun, Israel mengakui serangan udara yang menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut, sebagai bagian dari kampanye melawan milisi Syiah.
Ketegangan yang meningkat ini tidak hanya memengaruhi hubungan antara Iran dan Israel tetapi juga berdampak pada dinamika politik di kawasan, termasuk keterlibatan Amerika Serikat dan negara-negara Arab lainnya.