NATO Warning: Duet Putin-Xi Jinping, Dunia Diambang Perang Dunia Ketiga?
RedaksiBali.com – Laksamana Rob Bauer, pejabat militer tertinggi NATO, memberikan peringatan serius tentang ancaman geopolitik yang semakin nyata dari Rusia dan China. Dalam acara European Policy Centre di Brussels, Senin (25/11/2024), ia menekankan bahwa dunia harus bersiap menghadapi potensi eskalasi konflik global.
Bauer mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi adalah kunci dalam mencegah krisis lebih besar. “Jika kita dapat memastikan semua layanan dan barang penting tetap tersedia, itu adalah bagian penting dari pencegahan,” ujarnya, seperti dilaporkan oleh Reuters.
baca juga:
Duet Maut Putin dan Xi Jinping
Laksamana Bauer memperingatkan tentang "duet maut" antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping yang dianggap mengancam stabilitas dunia. Menurutnya, ketergantungan negara-negara Barat pada dua negara ini telah menciptakan kerentanan strategis yang dapat dimanfaatkan dalam skenario konflik.
Rusia, melalui perusahaan energi Gazprom, pernah menjadi penyedia utama gas alam Eropa sebelum hubungan geopolitik memburuk akibat perang di Ukraina. "Kami berpikir memiliki kesepakatan dengan Gazprom, tetapi kenyataannya, kami berurusan dengan Tuan Putin," ujar Bauer.
Sementara itu, China memiliki dominasi dalam rantai pasokan global untuk bahan baku langka dan bahan kimia penting, termasuk untuk obat-obatan seperti antibiotik. "Kita naif jika berpikir Partai Komunis tidak akan pernah menggunakan kekuatan itu," tambah Bauer, menyoroti potensi manipulasi ekonomi oleh Beijing.
Ketergantungan Ekonomi Barat yang Berbahaya
Bauer mengungkapkan fakta mengejutkan:
- 60% produksi bahan baku langka dilakukan di China, dan 90% proses pemurniannya juga berada di sana.
- Sebagian besar bahan kimia untuk obat-obatan yang digunakan di Barat juga diimpor dari China.
Ia menekankan bahwa ketergantungan ini dapat dimanfaatkan untuk melemahkan Barat dalam skenario konflik global. "Militer mungkin memenangkan pertempuran, tetapi ekonomi yang memenangkan perang," tegasnya, menggarisbawahi pentingnya strategi ekonomi dalam menghadapi ancaman geopolitik.
Sabotase dan Kerentanan Infrastruktur Eropa
Laksamana Bauer juga menyoroti meningkatnya tindakan sabotase terhadap infrastruktur strategis di Eropa. Ketergantungan pada Rusia dan China membuat banyak sektor di Eropa rentan terhadap serangan atau manipulasi ekonomi.
Sebagai contoh, pengalaman buruk Eropa yang bergantung pada Gazprom menunjukkan bagaimana energi dapat digunakan sebagai senjata geopolitik. Hal serupa dikhawatirkan akan terjadi dengan dominasi China di sektor bahan baku langka dan teknologi.
Peringatan untuk Pemimpin Bisnis
Dalam pidatonya, Bauer menyerukan kepada para pemimpin bisnis di Eropa dan Amerika untuk menyadari dampak strategis dari keputusan komersial mereka. "Keputusan bisnis yang tampaknya sederhana dapat berdampak besar pada keamanan nasional," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa NATO membutuhkan dukungan sektor swasta untuk mengurangi kerentanan terhadap kekuatan eksternal. Dengan memprioritaskan ketahanan ekonomi dan diversifikasi pasokan, Barat dapat mempersiapkan diri lebih baik menghadapi potensi ancaman global.
Kesimpulan
Peringatan dari Laksamana Rob Bauer menggambarkan situasi geopolitik yang semakin kompleks dan penuh tantangan. Kerja sama erat antara Rusia dan China menjadi ancaman nyata bagi stabilitas dunia, sementara ketergantungan ekonomi Barat pada kedua negara tersebut semakin memperburuk keadaan.
Dengan mengintegrasikan ketahanan ekonomi dan strategi militer, NATO berharap dapat menghadapi ancaman ini dengan lebih baik. Namun, kerja sama antara sektor publik dan swasta juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko besar yang mengintai.