Reaksi Tegas Rusia dan PBB atas Manuver Israel di Dataran Tinggi Golan
Krisis di Dataran Tinggi Golan: Reaksi Rusia dan PBB terhadap Manuver Israel
RedaksiBali.com – Presiden Rusia Vladimir Putin melalui Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov memberikan tanggapan keras atas langkah Israel yang mencaplok Dataran Tinggi Golan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (16/12/2024), Ryabkov memperingatkan Israel agar tidak memanfaatkan krisis yang tengah melanda Suriah untuk melakukan tindakan yang dinilai melanggar hukum internasional.
Ryabkov menyebut tindakan Israel tidak dapat diterima dan mendesak negara tersebut untuk mematuhi perjanjian pelepasan tahun 1974. Perjanjian ini sebelumnya telah menetapkan zona penyangga antara Suriah dan Israel di Dataran Tinggi Golan.
“Saya ingin memperingatkan beberapa pihak di Yerusalem Barat agar tidak terbuai oleh peluang krisis di Suriah,” ujar Ryabkov.
Kondisi Suriah Pasca Kejatuhan Rezim Assad
Setelah milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan besar-besaran yang menyebabkan jatuhnya ibu kota Damaskus, Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri dan menerima suaka di Rusia. Situasi ini dimanfaatkan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk memasuki zona penyangga di Dataran Tinggi Golan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan rencana memperluas populasi Yahudi di wilayah tersebut, meskipun mendapat kecaman dari PBB dan sejumlah negara Arab. Netanyahu menyatakan langkah ini dilakukan untuk mencegah masuknya elemen teroris ke perbatasan Israel.
Namun, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengklaim bahwa tindakan ini bertujuan menciptakan area keamanan baru yang bebas dari senjata strategis dan infrastruktur teroris.
baca juga:
Kecaman dari PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui juru bicara Stephane Dujarric menyampaikan keprihatinannya atas pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap perjanjian 1974. PBB melaporkan bahwa kehadiran tentara Israel di zona pemisahan berdampak signifikan pada kemampuan operasional pasukan penjaga perdamaian UNDOF (United Nations Disengagement Observer Force).
"Kehadiran tentara Israel di zona ini telah menghambat operasi logistik dan keamanan UNDOF, yang hanya mampu menjalankan tiga hingga lima tugas penting per hari," ujar Dujarric.
UNDOF juga mencatat adanya pengerahan pasukan IDF di beberapa lokasi strategis, termasuk Gunung Hermon, serta pemasangan bendera Israel di area pemisahan. Setelah protes dari UNDOF, bendera-bendera tersebut telah dicopot.
Pelanggaran Kedaulatan dan Respons Internasional
Israel telah meningkatkan serangan udara di Suriah, menargetkan lokasi militer dan infrastruktur strategis setelah jatuhnya rezim Assad. Langkah ini dipandang sebagai pelanggaran kedaulatan Suriah.
PBB dan beberapa negara Arab mengutuk tindakan Israel yang dinilai memperburuk situasi di kawasan. Tuntutan untuk mematuhi perjanjian pelepasan 1974 kembali digaungkan, menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan gencatan senjata di wilayah tersebut.
Situasi di Dataran Tinggi Golan menyoroti konflik geopolitik yang kompleks. Dengan kehadiran aktor internasional seperti Rusia, Israel, dan PBB, penyelesaian krisis ini membutuhkan pendekatan diplomatik yang komprehensif. Pelanggaran terhadap perjanjian internasional tidak hanya mengancam stabilitas regional tetapi juga melibatkan isu-isu kemanusiaan yang lebih luas.