Internasional

Donald Trump di Ujung Tanduk? Wacana Pemakzulan Menguat Setelah Kontroversi Gaza

Donald Trump dan Pemakzulan: Drama Politik yang Terulang

RedaksiBali.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjadi sorotan dunia setelah pernyataannya mengenai Gaza memicu gelombang kecaman global. Seorang anggota Partai Demokrat, Al Green, secara resmi mengajukan pasal pemakzulan terhadap Trump, menuduhnya mendukung “pembersihan etnis” terhadap warga Palestina.

“Pembersihan etnis di Gaza bukanlah lelucon, terutama jika itu berasal dari Presiden AS, orang paling berkuasa di dunia,” ujar Al Green dalam pidatonya di hadapan Kongres.

Ini bukan pertama kalinya Trump menghadapi pemakzulan. Sebelumnya, ia telah dua kali dimakzulkan oleh DPR AS, meskipun selalu lolos dalam sidang Senat. Kali ini, tekanan internasional dan perpecahan dalam negeri AS bisa menjadi faktor penentu masa depan politiknya.

Rencana Kontroversial Trump di Gaza

Trump mengusulkan untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza dan mengubah wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah” yang dikendalikan oleh AS. Pernyataan ini langsung dikecam oleh berbagai pihak sebagai langkah kolonialisme modern dan bentuk pemaksaan eksodus terhadap rakyat Palestina.

“Dan Perdana Menteri Israel seharusnya malu, mengetahui sejarah rakyatnya, untuk berdiri di sana dan membiarkan hal-hal seperti itu dikatakan,” tambah Green, mengacu pada peran Israel dalam konflik Gaza.

Pernyataan ini juga mendapatkan reaksi keras dari komunitas internasional, termasuk PBB dan berbagai organisasi HAM yang menilai tindakan Trump sebagai langkah ilegal dan tidak bermoral.

baca juga:

Trump Usulkan Perdamaian untuk Akhiri Perang Rusia Ukraina: Apakah Ini Awal dari Berakhirnya Konflik?

Donald Trump Sebut Warga Palestina Tak Akan Kembali ke Gaza: Trump Sebut Rencananya Sebagai Solusi Masa Depan!

Zelensky: Perang Rusia-Ukraina Jadi Momen Keemasan Bisnis Senjata Amerika, AS Raup Miliaran Dolar dari Industri Militer

Mark Rutte Punya Ide Rahasia menghentikan Perang, Putin Tak Akan Berani Serang Ukraina Lagi!

Dampak Politik dan Reaksi Gedung Putih

Gedung Putih melalui Sekretaris Pers Karoline Leavitt mencoba meredakan situasi dengan menyebut ide Trump sebagai "ide yang tidak biasa," tetapi tetap mempertahankan bahwa tujuannya adalah "perdamaian abadi di Timur Tengah."

Namun, pernyataan ini justru semakin memperkeruh suasana politik AS. Banyak politisi, baik dari Demokrat maupun Republik, menilai bahwa kebijakan Trump semakin berisiko bagi stabilitas negara.

"Dalam beberapa hal, lebih baik berdiri sendiri daripada tidak berdiri sama sekali. Dalam hal ini, saya berdiri sendiri, tetapi saya memperjuangkan keadilan," ujar Al Green.

Proses Pemakzulan: Apakah Donald Trump Akan Lengser?

Pemakzulan adalah salah satu alat politik paling kuat yang dimiliki Kongres AS untuk menindak Presiden yang dianggap melanggar hukum atau etika pemerintahan. Proses ini dimulai di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan jika mayoritas anggota setuju, maka proses akan berlanjut ke Senat untuk sidang pemakzulan.

Sebelumnya, Trump sudah dua kali mengalami proses pemakzulan:

  • 2019: Trump dimakzulkan karena menyalahgunakan kekuasaan dan menghalangi Kongres dalam kasus Ukraina.
  • 2021: Trump kembali dimakzulkan karena menghasut kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari setelah kekalahannya oleh Joe Biden.

Namun, di kedua kasus tersebut, Trump berhasil lolos dari pemecatan karena Senat yang mayoritas dikuasai Partai Republik tidak memberikan suara yang cukup untuk memberhentikannya.

Jika kali ini pemakzulan benar-benar terjadi, apakah Trump akan mengalami nasib yang sama atau kali ini benar-benar harus meninggalkan kursi kepresidenan?

Dampak Internasional dan Respon Dunia

Keputusan Trump tentang Gaza tidak hanya menuai kritik di dalam negeri, tetapi juga memicu reaksi keras dari komunitas internasional. Negara-negara Timur Tengah, Uni Eropa, dan bahkan sekutu dekat AS seperti Inggris dan Kanada telah menyatakan kekhawatiran mereka terhadap kebijakan tersebut.

Organisasi HAM dan PBB juga telah mengecam kebijakan ini sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan mendesak pemerintahan AS untuk membatalkan rencana tersebut.

Apa Langkah Trump Selanjutnya?

Saat ini, Trump menghadapi pertarungan politik besar yang bisa menentukan nasibnya di Gedung Putih. Dengan tekanan yang semakin besar dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri, nasib Trump masih menjadi teka-teki.

Apakah Trump akan kembali lolos dari pemakzulan seperti sebelumnya? Ataukah kali ini langkahnya benar-benar terhenti?

Yang jelas, drama politik di AS belum berakhir, dan seluruh dunia akan terus mengawasi bagaimana peristiwa ini berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *