InternasionalKonflik Internasionalkonflik israel-iranKonflik Israel-PalestinaKonflik Palestina-IsraelKonflik Timur Tengah

Hamas Setujui Gencatan Senjata di Gaza untuk Jeda Perang 7 Bulan

RedaksiBali.com – Setelah tujuh bulan konflik sengit antara Hamas dan Israel, kelompok Hamas akhirnya menerima usulan untuk gencatan senjata di wilayah Gaza Palestina. Keputusan ini memunculkan harapan untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah memakan banyak korban jiwa dan merusak infrastruktur di kedua sisi konflik.

Pada Senin, tanggal 6 Mei 2024, Hamas setuju untuk jeda perang tujuh bulan setelah Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi diri dari Kota Rafah, sebuah tindakan yang dianggap sebagai persiapan untuk invasi ke wilayah tersebut. Israel, yang telah lama menjanjikan invasi di Rafah sebagai lanjutan dari konflik berkepanjangan dengan Hamas, melihat keputusan ini sebagai langkah positif menuju perdamaian.

Meskipun ada ketidaksetujuan dari Israel terkait usulan tersebut, terutama dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pemerintah Israel bersedia mengirim perunding untuk memulai pembicaraan dengan Hamas. Amerika Serikat juga sedang meninjau tanggapan dari Hamas, menyoroti peran internasional dalam mendukung proses perdamaian di kawasan tersebut.

baca juga ….

Tren Migrasi Warga Israel ke Luar Negeri dan Tak Kembali

Tentara Israel Injak Bendera Arab Saudi dengan Lafaz Syahadat: Insiden yang Memicu Kemarahan Publik Muslim

Israel Serang Jemaah Palestina Saat Idul Adha di Al-Aqsa, Tepi Barat, dan Gaza

Potensi Terhambat Rencana TNI Kirim Pasukan ke Gaza Oleh Negara Pemilik Hak Veto

Tahapan gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas mencakup penarikan total pasukan Israel dari Gaza, kembalinya warga Palestina yang menjadi pengungsi akibat perang, dan pertukaran sandera-tahanan. Hamas menegaskan bahwa tujuan akhir dari gencatan senjata ini adalah menciptakan perdamaian yang langgeng di wilayah tersebut.

Namun, terdapat kekhawatiran atas keberhasilan kesepakatan ini mengingat serangkaian serangan dan ketegangan yang terjadi di masa lalu. Israel terus meminta warga Palestina untuk meninggalkan Rafah timur, menimbulkan kekhawatiran global akan konsekuensi invasi darat Israel ke wilayah tersebut.

Sementara itu, komunitas internasional, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, telah mengutuk tindakan keras Israel dan Hamas serta mendorong kedua belah pihak untuk bekerja lebih keras guna mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Mesir, sebagai mediator utama dalam perundingan, terus berupaya memfasilitasi dialog antara kedua belah pihak.

Dengan terjadinya kesepakatan ini, harapan baru muncul untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Hamas dan Israel. Namun, tantangan besar masih menanti di depan, dan dunia internasional terus memantau perkembangan selanjutnya di wilayah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *