150 Bibit Pohon Langka untuk Samuan Tiga dan Goa Gajah
REDAKSIBALI.COM – Rijasa, majagau, kayu putih, dan cendana adalah jenis-jenis tanaman penting dalam upacara-upacara besar di Bali. Juga banyak digunakan sebagai sarana bangunan maupun perlengkapan di seluruh pura. Karena penggunaannya terus menerus sementara penanamannya relatif tak berlanjut, maka ketersediaan tanaman tersebut menjadi terbatas bahkan cenderung langka.
Hal itu mendorong Yayasan Bali Raditya Adikara (Bara Foundation) terus berupaya melakukan pelestarian tanaman-tanaman tersebut di berbagai kawasan di Bali.
Hari Minggu (10/0/2021) pagi, Bara Foundation melakukan penanaman 150 bibit pohon-pohon langka tersebut di Kawasan Pura Samuan Tiga dan Pura Goa Gajah, Desa Bedulu, Gianyar.Penanaman dilakukan bersama masyarakat setempat pada.
Acara ditandai dengan penanaman bibit pohon Rijasa oleh Bendesa Adat Bedulu, I Gusti Ngurah Made Serana, dan Kepala Desa Bedulu I Putu Ariawan.
Dalam sambutannya Gusti Serana mengatakan rasa terimakasihnya atas kepedulian Bara Foundation untuk turut menjaga kelestarian tanaman-tanaman langka tersebut sekaligus turut menjaga keasrian kawasan Pura Samuan Tiga dan Pura Goa Gajah.
“Tumbuh suburnya pohon-pohon, apalagi jenis-jenis yang dianggap utama untuk upacara dan perlengkapan pura tidak saja memperindah dan menyehatkan kawasan ini, tetapi juga menguatkan fibrasi spiritualnya,” ujarnya.
I Putu Ariawan, selaku Kepala Desa juga menyambut gembira kerja sama penanaman pohon-pohon jenis langka ini.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada Bara Foundation untuk program penanaman pohon di wilayah kami. Semoga gerakan ini bermanfaat bukan saja bagi masyarakat di kawasan ini, tetapi juga bagi masyarakat Bali secara luas,” ucapnya.
Di sisi lain, koordinator Divisi Pelestarian Lingkungan dan dan Penanaman Pohon Langka Bara Foundation, I Gusti Ngurah Jelantik, menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan perwujudan ajaran tri hita karana yang dijadikan pegangan oleh Bara Foundation dalam setiap aktivitasnya.
“Seperti yang sering kami sampaikan, gerakan ini merupakan sebuah sumbangsih kecil yang kami harapkan berdampak besar bagi lingkungan dan keberlangsungan kebudayaan Bali,” ujar pemahat topeng barong kenamaan ini.
Bara Foundation sendiri merupakan lembaga non profit yang bergerak di bidang sosial, budaya, dan lingkungan. Lembaga ini berkait dengan Pasemetonan Prapen Wesi Aji yang bergiat di bidang pelestarian budaya keris di Bali.
Jelantik juga menerangkan bahwa program ini merupakan program berkelanjutan. Karena itu Bara Foundation sangat selektif memilih lokasi penanaman untuk memastikan bibit-bibit yang ditanaman tersebut terawat baik oleh masyarakat setempat bekerjasama dengan pihaknya.
“Kami sudah bersepakat dengan Pak Kepala Desa bahwa pohon-pohon ini akan kita rawat bersama-sama agar dapat tumbuh baik dan berguna bagi masyarakat luas,” pungkas Jelantik.**