OpiniSeni Budaya

Tumpek Landep, Menemukan Tuah Pengetahuan

REDAKSIBALI.COM – Tumpek Landep dirayakan setiap Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Landep. Ungkapan tumpek landep berasal dari kata tumpek yang berarti dekat dan landep yang berarti tajam. Sehingga dalam konteks filosofis, tumpek landep merupakan tonggak penajaman citta, buddhi dan manas (pikiran). Oleh karena itu, manusia senantiasa berperilaku sesuai dengan kejernihan pikiran dengan landasan nilai-nilai agama. Dengan pikiran yang murni, penyembah akan dapat memilih dan memilih apa yang baik dan buruk.

Tumpek Landep merupakan penghormatan kepada Dewa Siwa Pasupati sebagai Dewa Taksu atau inspirasi ilahi. Jadi, setelah merayakan hari Sarasvati sebagai turunnya ilmu pengetahuan, orang-orang memohon agar ilmu itu bertuah atau memberi ketajaman budi dan hati. Pada Tumpek Landep juga dilakukan ritual pembersihan dan penyucian terhadap berbagai warisan leluhur seperti keris keris, tombak dan lain sebagainya. Orang awam sering menganggapnya sebagai hari jadi besi atau logam. Namun seiring perkembangan zaman, makna tumpek landep semakin melenceng dari arti sebenarnya.

Saat ini masyarakat bahkan cenderung memaknai Tumpek Landep sebagai upacara untuk sepeda motor, mobil dan perlengkapan yang terbuat dari besi.. Boleh saja melakukan ritual Tumpek Landep kepada sepeda motor, mobil, dan peralatan kerja, namun jangan lupakan inti dari pelaksanaan Tumpek Landep itu sendiri agar masyarakat selalu ingat untuk mengasah pikiran (manas), budhi dan citta.

Dengan melakukan itu, orang diharapkan melawan kebodohan, kegelapan dan kesengsaraan. Ritual Tumpek Landep sebenarnya mengingatkan masyarakat untuk selalu mengasah pikiran guna menekan perilaku jahat yang ada di dalam diri. Tumpek Landep menjadi tonggak sejarah bagi introspeksi diri untuk meningkatkan karakter sesuai dengan ajaran agama.

Saat Tumpek Landep, pemujaan dilakukan di tempat suci keluarga maupun di pura untuk memohon restu dari Dewa Siwa Pasupati agar diberikan ketajaman pikiran agar kita bisa menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat. Selain itu juga dilanjutkan dengan pembersihan dan pemurnian warisan leluhur. Bagi para senimannya, Tumpek Landep dirayakan sebagai pemujaan untuk memohon inspirasi ketuhanan agar seni menjadi lebih berkembang, mendapat apresiasi dari masyarakat dan kemampuan menyampaikan pesan moral dan intelektual untuk mencerdaskan masyarakat.

Sekali lagi, Tumpek Landep bukanlah ritual untuk sepeda motor, mobil, furnitur atau besi, tetapi lebih pada kesadaran untuk selalu mengasah pikiran demi kesejahteraan umat manusia. Boleh saja memberikan ritual pada motor, mobil dan lain sebagainya sebagai wujud syukur, tapi itu hanya nilai tambahnya saja. Jangan sampai perayaan itu fokus pada nilai tambah, tapi lupakan inti dari perayaan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *