KeuanganPasar Modal

Dampak Data Tenaga Kerja AS Terhadap Bursa Saham dan Obligasi

Pada Rabu (4/10), bursa saham dan obligasi mengalami pelemahan setelah pengumuman data tenaga kerja AS yang jauh melebihi ekspektasi konsensus. Data tersebut mencatat peningkatan jumlah lowongan pekerjaan sebesar 690.000 menjadi 9,61 juta pada Agustus 2023, melebihi ekspektasi konsensus di 8,8 juta. Hal ini menimbulkan kekhawatiran investor bahwa The Fed akan menjaga suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Menurut Chief Market Strategist di Lazard, Ronald Temple, data tenaga kerja yang kuat mengindikasikan masih kuatnya ekonomi AS. Oleh karena itu, The Fed perlu menaikkan suku bunga acuan untuk membawa inflasi ke target di 2%. Pada akhir 2023, The Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan berada di level 5,6%, yang menandakan kenaikan sebesar 25 bps ke rentang 5,5–5,75%. Namun, proyeksi suku bunga acuan pada akhir 2024 adalah 5–5,25%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya.

Dampak dari pengumuman data tenaga kerja AS ini juga terlihat pada penutupan bursa saham di AS pada Selasa (3/10). Dow Jones mengalami pelemahan sebesar 1,29%, S&P 500 turun 0,93%, dan Nasdaq Composite melemah sebesar 0,88%. Hal ini menunjukkan bahwa investor merespons data tenaga kerja dengan kekhawatiran terhadap suku bunga yang lebih tinggi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan kinerja perusahaan.

baca juga : 

Indonesia Siap Beli Produk AS Rp318,9 Triliun untuk Hindari Serangan Dagang Trump: Apa Dampaknya bagi Ekonomi?

China vs AS: Mengapa China Berani Lawan, Indonesia Justru Negosiasi?

Drestalango Desa Adat Pecatu: Semangat ‘Masikian’ Menjaga Warisan Budaya

Badan Pengkajian MPR RI, Kesuma Kelakan Serap Aspirasi Masyarakat di Jimbaran Bahas Ekonomi Kerakyatan yang Berkeadilan

Video terkait :

Siplah Umah IT
adaru bhumi
Umah IT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *