Internasional

Indonesia Pertimbangkan Kerja Sama dengan NATO untuk Hadapi China di Natuna Utara

RedaksiBali.com – Indonesia tengah mempertimbangkan berbagai langkah strategis untuk menghadapi ketegangan dengan China di wilayah Natuna Utara dengan mempertimbangkan Kerja Sama dengan NATO. Kekuatan militer China yang dominan, terutama angkatan lautnya, menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Keberadaan kapal perang canggih seperti destroyer PLA Navy Type 052D Kunming di Natuna Utara menunjukkan perlunya Indonesia meningkatkan kemampuan pertahanannya di wilayah tersebut.

Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah menjalin kerja sama dengan NATO. Posisi geografis strategis Laut Natuna menjadikannya pusat aktivitas penting dalam politik global, yang melibatkan berbagai negara, termasuk kekuatan superpower di luar kawasan.

“Opportunities. Yang mempengaruhi berupa peluang bagi Indonesia dalam menghadapi China adalah: Kekuatan tandingan dari NATO dan negara Asia Timur,” ungkap Jurnal Maritim TNI AL dalam ‘Analisis Strategi Penangkalan TNI AL dalam Menghadapi Ancaman Keamanan Maritim di Laut Natuna Utara’ pada 8 Desember 2022.

baca juga ….

Serangan Israel Hancurkan Sistem Pertahanan S-300 Iran, Ancaman bagi Keamanan Teheran

Israel Kembali Serang Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Ketegangan Meningkat

Hizbullah Serang Pangkalan Militer Israel: Iron Dome Jebol, 4 Tentara Tewas

Mengguncang Dominasi Barat: Pertumbuhan Ekonomi BRICS Mengungguli G7

Ketegangan di Natuna Utara semakin meningkat karena sikap keras kepala China yang tidak menerima putusan arbitrasi internasional terkait penyelesaian wilayah Laut Cina Selatan. Keadaan ini memaksa Indonesia untuk mengambil langkah-langkah tegas guna menjaga kedaulatan dan keamanan wilayahnya.

Untuk meningkatkan pengawasan dan pengamanan di Natuna Utara, Kementerian Perhubungan RI melalui Ditjen Perhubungan Laut telah mengerahkan Kapal Patroli milik Pangkalan PLP Kelas II Tanjung Uban, yaitu KN. Sarotama-P.112 dan kapal KN. Kalimasada-P.115. Ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap permintaan militer Indonesia untuk membantu patroli di Natuna Utara dan sekitarnya.

"Pengerahan tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dipimpin oleh Komandan Guspurla Armada I Laksamana Pertama Didong di KRI Usman Harun 359, dimana Kemenhub dan instansi lain diminta untuk berpartisipasi dalam operasi Natuna," jelas Kemenhub RI pada 8 Januari 2020.

Namun, kekurangan armada patroli masih menjadi masalah bagi Indonesia. Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah memperbanyak kapal perang atau menjalin kerja sama dengan negara-negara lain guna meningkatkan pengawasan di Natuna Utara. Misalnya, kerja sama dengan coast guard Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Filipina untuk bersama-sama memantau dan bertukar informasi mengenai pergerakan kapal China di perairan Asia Tenggara.

Selain itu, Indonesia melihat peluang untuk bekerja sama dengan NATO guna menghadapi sikap agresif China di Natuna Utara. NATO memiliki kapasitas dan kemauan untuk menahan ekspansi China di wilayah tersebut, bahkan tanpa diminta oleh Indonesia sekalipun.

Dengan memperkuat kerja sama internasional dan meningkatkan kemampuan militer, Indonesia berharap dapat menjaga kedaulatan wilayahnya dan menghadapi segala ancaman yang datang dari China di Natuna Utara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *