Daerah

Polemik Kembang Api di Finns Beach Club: Miskomunikasi atau Ketidakpedulian Terhadap Tradisi Adat?

RedaksiBali.com – Kasus kembang api yang terjadi di Finns Beach Club, Canggu, Bali, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah video yang memperlihatkan pesta kembang api saat berlangsungnya upacara adat viral di media sosial. Upacara ngaben yang sedang berlangsung di Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, terganggu oleh kembang api yang dinyalakan oleh manajemen Finns meskipun sebelumnya sudah diminta untuk menunda acara tersebut. Ketidakselarasan ini menimbulkan polemik antara pihak adat dan manajemen Finns Beach Club.

Kronologi Kejadian

Pada 13 Oktober 2024, warga Banjar Tegal Gundul mengadakan upacara ngaben yang berlangsung di Pantai Berawa. Prosesi dimulai sejak pagi dan berlanjut hingga sore hari. Saat upacara sedang berlangsung, prajuru adat melihat persiapan kembang api yang diletakkan hanya beberapa meter dari tempat upacara. Merespons hal ini, Kelian Banjar Tegal Gundul, I Made Wira Atmaja, mendekati pihak Finns Beach Club untuk meminta penundaan peluncuran kembang api selama 30 menit, agar upacara bisa selesai dengan khusyuk. Namun, permintaan ini ditolak oleh pihak Finns, yang beralasan bahwa acara kembang api sudah dijadwalkan dan tamu-tamu sudah diberi tahu mengenai acara tersebut.

Ketegangan pun terjadi ketika Finns tetap melaksanakan acara kembang api tepat pada waktunya, bersamaan dengan prosesi upacara. Video yang memperlihatkan momen tersebut langsung viral, memicu kemarahan di kalangan masyarakat, terutama umat Hindu yang menganggap tindakan ini sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap tradisi adat.

baca juga:

Pemkab Badung, Buleleng dan Jembrana Raih Praja Anindita Mahottama

Menyelamatkan Bali dari Kiamat Plastik: Optimalisasi Pajak Turis untuk Solusi Sampah di 2025

Kenapa Bali Masuk Daftar Destinasi yang Tidak Disarankan untuk Dikunjungi pada 2025?

Universitas Udayana Gelar Uji Publik Pilkada Bali 2024

Respons dan Klarifikasi Pihak Terkait

Setelah insiden ini, banyak pihak yang terlibat dimintai klarifikasi. Menurut Kelian Banjar Tegal Gundul, tidak ada miskomunikasi yang terjadi, melainkan ketidaksinkronan antara staf lapangan dan pimpinan Finns Beach Club. Ia menegaskan bahwa pengelola usaha pariwisata seharusnya lebih menghormati tradisi lokal dan menyesuaikan diri dengan kegiatan adat yang berlangsung.

Sementara itu, Kapolsek Kuta Utara, AKP Yusuf Dwi Atmodjo, dalam keterangannya mengatakan bahwa permasalahan ini berakar dari miskomunikasi. Pihak manajemen Finns mengaku tidak menerima informasi bahwa akan ada upacara adat, sehingga tidak menunda acara kembang api sesuai permintaan warga. Namun, dalam pertemuan antara pihak-pihak terkait, semuanya sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara musyawarah dan menjaga agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Pelajaran dari Kasus Finns Beach Club

Kasus ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik antara pengelola wisata dan masyarakat lokal, terutama ketika menyangkut tradisi dan adat istiadat. Finns Beach Club sebagai salah satu destinasi pariwisata terkenal di Bali diharapkan dapat lebih menghargai dan menyesuaikan diri dengan adat setempat. Apalagi, Bali sebagai destinasi wisata internasional dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budayanya yang harus dijaga dan dihormati.

Untuk ke depan, perlu ada aturan dan pedoman yang lebih jelas bagi pengelola usaha pariwisata agar mereka bisa beroperasi tanpa mengganggu kegiatan adat. Selain itu, komunikasi yang lebih baik antara pelaku pariwisata, masyarakat adat, dan aparat keamanan sangat penting untuk mencegah konflik yang tidak diinginkan.

Kasus pesta kembang api di Finns Beach Club memberikan pelajaran penting tentang pentingnya menghormati tradisi lokal dan menjaga harmoni antara pariwisata dan masyarakat adat. Dengan memperkuat komunikasi dan saling menghormati, diharapkan insiden serupa tidak akan terjadi lagi di masa depan. Semua pihak, termasuk pengelola wisata, masyarakat adat, dan pemerintah, harus bekerja sama untuk menjaga Bali tetap sebagai destinasi wisata yang menghormati tradisi dan budaya lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *