Kampanye “Banyak Anak”, India Jadi Negara Berpenduduk Terbanyak di Dunia
RedaksiBali.com – India kini memegang predikat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, melampaui China dengan populasi mencapai 1,45 miliar jiwa. Namun, di tengah prestasi ini, India menghadapi tantangan baru: angka kelahiran yang terus menurun. Beberapa negara bagian mulai mengalihkan perhatian dari pengendalian populasi ke kampanye mendorong warganya memiliki lebih banyak anak.
Dari Pengendalian Populasi ke Kampanye “Banyak Anak”
Pada masa lalu, India dikenal sebagai pelopor dalam kebijakan keluarga berencana. Sejak tahun 1950-an, negara ini aktif mengendalikan ledakan populasi. Namun, seiring berjalannya waktu, negara bagian seperti Andhra Pradesh dan Tamil Nadu kini mengalami penurunan angka kelahiran yang drastis, bahkan menyamai negara-negara maju seperti Finlandia.
Kepala Menteri Andhra Pradesh, Nara Chandrababu Naidu, menjadi salah satu tokoh yang secara aktif mempromosikan kebijakan pro-kelahiran. Ia bahkan mengusulkan bahwa hanya mereka yang memiliki dua anak atau lebih dapat mencalonkan diri dalam pemilu lokal. Hal serupa juga disuarakan oleh M.K. Stalin, Kepala Menteri Tamil Nadu, yang mendesak warga untuk memiliki lebih banyak anak demi mengatasi penurunan populasi.
Angka Kelahiran di India: Tren yang Mengkhawatirkan
Pada abad ke-20, rata-rata seorang perempuan di India melahirkan 5,7 hingga 6 anak sepanjang hidupnya. Namun, angka tersebut menurun drastis menjadi 2,01 anak per perempuan pada tahun 2022, di bawah tingkat penggantian yang diperlukan untuk menjaga kestabilan populasi.
Negara bagian selatan seperti Kerala, Karnataka, dan Telangana menunjukkan tingkat kelahiran yang bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Faktor-faktor seperti urbanisasi, peningkatan pendidikan, dan biaya hidup yang tinggi menjadi alasan utama mengapa banyak keluarga enggan memiliki anak lebih dari satu.
baca juga:
Tantangan Ekonomi dan Politik di Negara Bagian Selatan
Penurunan angka kelahiran tidak hanya berdampak pada struktur demografi, tetapi juga pada aspek ekonomi dan politik di negara bagian selatan.
- Ekonomi
Negara bagian seperti Andhra Pradesh memiliki tingkat kelahiran rendah, tetapi tingkat pendapatan per kapita jauh tertinggal dibandingkan negara-negara maju. Misalnya, pendapatan per kapita Andhra Pradesh hanya 1/22 dari pendapatan per kapita Swedia. - Politik
Pertumbuhan populasi yang lebih lambat dibandingkan negara bagian utara menyebabkan berkurangnya pengaruh politik negara bagian selatan. Kursi parlemen dan pendanaan federal di India sangat bergantung pada jumlah populasi. Dengan populasi yang lebih kecil, negara bagian selatan menerima lebih sedikit alokasi anggaran meski memiliki indikator pembangunan manusia yang lebih baik.
Apakah Kampanye "Banyak Anak" Solusi yang Tepat?
Banyak pakar berpendapat bahwa mendorong peningkatan angka kelahiran bukanlah solusi efektif untuk menghadapi tantangan ini. Srinivas Goli, profesor demografi dari Institut Internasional untuk Ilmu Kependudukan, menyatakan bahwa biaya hidup yang tinggi dan tuntutan modern menjadi penghalang utama bagi keluarga untuk memiliki anak lebih banyak.
Sebagai alternatif, Goli menyarankan pemerintah untuk fokus pada:
- Kesetaraan gender: Memberikan akses yang setara kepada perempuan dalam pendidikan dan pekerjaan.
- Kebijakan kerja-keluarga: Memberikan insentif seperti cuti melahirkan, subsidi anak, dan jam kerja fleksibel.
Namun, ia menekankan bahwa membalikkan tren penurunan angka kelahiran sepenuhnya hampir mustahil, mengingat tidak ada negara di dunia yang berhasil melakukannya dalam beberapa dekade terakhir.