Analisis SahamBerita EkonomiEkonomiInvestasi SahamPasar SahamPerdagangan SahamSaham

Perusahaan Besar RI Dikuasai Asing, Benarkah Kita Hanya Jadi Penonton di Negeri Sendiri?

Perusahaan Besar RI Dikuasai Asing, 11 Emiten Raksasa Indonesia Berada di Bawah Kendali Jepang & Amerika

RedaksiBali.com – Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi ekonomi besar, pasar domestik yang luas, dan sumber daya alam yang melimpah. Tak heran jika banyak investor asing menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan besar Tanah Air. Namun, yang mengejutkan, beberapa perusahaan raksasa Indonesia justru kini mayoritas sahamnya dikuasai asing, terutama dari Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, hingga Korea Selatan.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah Indonesia benar-benar berdaulat dalam sektor ekonominya, atau justru menjadi ladang investasi asing semata? Artikel ini akan mengulas secara lengkap 11 emiten besar Indonesia yang kini dikuasai asing, sektor mana yang paling rentan, serta dampaknya bagi perekonomian nasional.


Daftar 11 Emiten Indonesia yang Dikuasai Asing

1. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)

Bank Danamon menjadi bank dengan kepemilikan asing terbesar di Indonesia. MUFG Bank Jepang menguasai 94,27% saham, sehingga praktis menjadikannya sebagai pengendali penuh.
➡ Artinya, setiap strategi bisnis, arah kebijakan, hingga keputusan penting bank berada di bawah kendali MUFG.

2. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

Produsen rokok terbesar di Indonesia ini 92,44% sahamnya dikuasai Philip Morris International (AS).
➡ Meski menjadi ikon industri rokok lokal, kendali utamanya ada di tangan perusahaan asing.

3. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA)

Sebanyak 91,44% saham CIMB Niaga dimiliki CIMB Group Malaysia.
➡ Publik hanya memiliki sekitar 7,43%, membuat bank ini sepenuhnya bagian dari jaringan CIMB Group Asia Tenggara.

4. PT Bank BTPN Tbk (BTPN)

Bank ini 91,04% sahamnya dipegang Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Jepang.
➡ Dengan free float hanya 7,8%, praktis BTPN sudah menjadi “anak” dari grup keuangan Jepang tersebut.

Rupiah Melemah, Saham Perbankan di Ujung Tanduk?

Komentar Morgan Stanley Bikin “Babak Belur” Pasar Modal RI?

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melampaui Ekspektasi: Analisis Kuartal Pertama 2024

Analisis Kenaikan Laba Saham HM Sampoerna (HMSP) Sebesar 28 Persen: Tanda Siap Bangkit?

5. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)

85,1% sahamnya dikendalikan OCBC Bank Singapura.
➡ Hal ini membuat OCBC NISP sepenuhnya menjadi bagian dari ekspansi keuangan Singapura di Indonesia.

6. PT Astra International Tbk (ASII)

Raksasa otomotif Indonesia ini ternyata 50,11% sahamnya dimiliki Jardine Cycle & Carriage Limited (Singapura).
➡ Meski free float besar (45,07%), kendali tetap ada di tangan Jardine sebagai pemegang saham mayoritas.

7. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Perusahaan pangan ini 55,43% sahamnya dipegang Japfa Ltd Singapura.
➡ Kendali utama dalam menentukan arah bisnis tetap berada di tangan investor asing.

8. PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP)

Bank ini 67% sahamnya dimiliki Kookmin Bank (Korea Selatan) dan tambahan 17% oleh STIC Eugene Star Holding Inc.
➡ Kendali domestik hampir hilang.

9. PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)

72,23% sahamnya dikuasai J Trust Co., Ltd Jepang ditambah 19,14% oleh J Trust Asia Pte. Ltd.
➡ Free float hanya 7,24%, sehingga bank ini benar-benar di bawah kendali asing.

10. PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII)

45,02% saham dimiliki Sorak Financial Holdings (Singapura) dan 33,95% oleh Maybank Offshore Corporate Services.
➡ Meski ada porsi publik, kendali penuh tetap berada di tangan asing.

11. PT Fortune Indonesia Tbk (FORU)

76,81% sahamnya dikuasai IMR Asia Holding Pte. Ltd.
➡ Perusahaan media dan periklanan ini pun kini berada dalam kendali asing.


Sektor Mana yang Paling Dikuasai Asing?

Dari daftar tersebut, terlihat jelas bahwa sektor perbankan adalah yang paling banyak dikuasai asing. Setidaknya 7 dari 11 emiten berasal dari industri perbankan.

Mengapa bank jadi incaran?
✅ Bank adalah “urat nadi” perekonomian, sehingga menguasai bank berarti mengendalikan arus modal.
✅ Potensi keuntungan besar dari nasabah di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 280 juta jiwa.
✅ Stabilitas regulasi keuangan di Indonesia yang relatif kondusif bagi investor asing.

Selain bank, sektor rokok, otomotif, pangan, dan media juga masuk radar investor asing karena punya pasar luas dan berkelanjutan.


Dampak Positif Dominasi Asing

Meski sering dipandang negatif, kepemilikan asing juga membawa sejumlah dampak positif:

  1. Masuknya modal besar → perusahaan bisa ekspansi lebih cepat.
  2. Transfer teknologi dan keahlian → terutama di sektor perbankan dan otomotif.
  3. Konektivitas global → perusahaan di Indonesia lebih mudah terhubung dengan jaringan internasional.
  4. Meningkatkan kepercayaan pasar → kehadiran nama besar asing meningkatkan reputasi emiten di mata investor.

Dampak Negatif & Kekhawatiran

Namun, dominasi asing juga menyimpan sisi gelap:

  1. Kedaulatan ekonomi tergerus → keputusan penting perusahaan strategis lebih condong ke kepentingan asing.
  2. Dividen lari ke luar negeri → sebagian besar keuntungan dikirim ke negara asal investor.
  3. Porsi publik minim → membuat masyarakat Indonesia sulit ikut menikmati pertumbuhan perusahaan besar.
  4. Ketergantungan jangka panjang → jika investor asing hengkang, perusahaan bisa terguncang.

Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

Untuk menjaga kedaulatan ekonomi, pemerintah perlu:

  • Mendorong investor lokal & BUMN membeli porsi saham lebih besar.
  • Mengatur free float agar porsi publik tidak terlalu kecil.
  • Meningkatkan literasi investasi agar masyarakat Indonesia mau berinvestasi di saham-saham besar.
  • Memperketat regulasi terkait sektor strategis agar tidak sepenuhnya dikuasai asing.

Fakta bahwa 11 emiten raksasa Indonesia kini mayoritas dikuasai asing adalah realitas yang harus diterima. Di satu sisi, investasi asing membawa modal, teknologi, dan peluang kerja. Namun di sisi lain, Indonesia berisiko kehilangan kendali atas aset strategisnya.

Pertanyaannya: Apakah Indonesia siap memperkuat peran investor lokal agar tidak hanya menjadi penonton di negeri sendiri?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *