Sektor Perikanan dan Akuakultur Global Terpukul Pandemi COVID-19, Ini Langkah KKP
REDAKSIBALI.COM – Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) melaporkan Perikanan dan budidaya akuakultur global terpukul parah oleh pandemi COVID-19. Gangguan diperkirakan lebih banyak karena pasokan dan konsumsi dipengaruhi oleh berbagai negara menerapkan kebijakan lockdown.
Dikutip dari laman resmi FAO, Wakil Direktur Jenderal FAO, Maria Helena Semedo menyatakan pandemi telah menyebabkan pergolakan yang meluas di bidang perikanan dan budidaya akuakultur karena produksi terganggu, rantai pasokan terputus, dan pengeluaran konsumen dibatasi oleh berbagai kebijakan lockdown.
“Dampaknya sangat signifikan di negara berkembang, terutama pada negara-negara dengan sektor informal besar, di mana pekerja dan masyarakat skala kecil bergantung pada perikanan untuk ketahanan pangan, mata pencaharian mereka. Mereka telah menanggung beban terberat dari pembatasan,” kata Semedo dalam rilis berita yang dimuat di laman FAO Selasa (2/2) kemarin
Akibat Covid-19, preferensi konsumen telah bergeser. Sementara permintaan untuk ikan segar telah menyusut, permintaan konsumen akan produk kemasan dan beku telah meningkat karena rumah tangga mencari persediaan makanan yang tidak mudah rusak.
FAO telah menyerukan agar langkah-langkah pembatasan perbatasan yang mengganggu perdagangan pangan diminimalkan untuk keamanan pangan. Laporan tersebut menyerukan agar organisasi sektoral dan regional bekerja sama untuk mengelola perikanan dan budidaya selama pandemi, dengan langkah-langkah yang mendukung perlindungan pekerjaan dan memastikan pemulihan yang cepat dari sektor tersebut tanpa mengorbankan keberlanjutan.Kinerja Ekonomi
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Sektor Akuakultur Indonesia
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam berita yang dimuat laman resmi KKP yang dirilis tanggal 15 Januari 2021 juga mengakui Pandemi Covid-19 memang memberikan tekanan cukup kuat terhadap kinerja ekonomi sub sektor akuakultur, terutama terhadap struktur ekonomi pembudidaya ikan.
Dampak tersebut sangat dirasakan memasuki triwulan II tahun 2020 sebagai akibat dari penutupan offline market (pasar ikan konvensional, hotel, restoran) yang menyebabkan rantai pasok terganggu. Namun demikian, mulai triwulan III tahun 2020 kondisi ekonomi akuakultur mulai membaik. Ini di tunjukan dengan membaiknya nilai tukar penbudidaya ikan (NTPi) pada bulan Desember yang naik 0,58 poin yakni sebesar 101,24 dibanding bulan November. Kinerja NTPi mengindikasikan daya beli membaik meski ditengah inflasi yang cukup tinggi yakni 0,45%.
Upaya KKP Membangkitkan Sektor Akuakultur di Tengah Dampak Pandemi Covid-19
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan sub sektor perikanan budidaya punya potensi nilai ekonomi yang sangat besar. Oleh karenanya, KKP akan fokus melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya secara berkelanjutan.
Setidaknya ada 2 (dua) fokus kebijakan yang akan didorong, yakni : pertama, meningkatkan kontribusi sub sektor perikanan budidaya terhadap PDB Indonesia di antaranya melalui peningkatan kinerja ekspor produk perikanan budidaya; mendorong investasi; dan peningkatan nilai tambah ekonomi produksi. Kedua, perbaikan struktur ekonomi pembudidaya ikan dengan menjamin NTPi tetap positif, penguatan kapasitas usaha, dan peningkatan nilai tambah ekonomi,” Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan
Langkah konkrit yang akan didorong KKP yakni pengembangan sentral perikanan budidaya baik untuk komoditas unggulan ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri seperti udang, lobster, kakap putih, rumput laut, patin dan nila.
Kinerja ekspor akan didorong dengan memperkuat daya saing dan perluasan akses pasar ekspor. Sertifikasi mutu produk dan sertifikasi proses produksi akan terus didorong untuk meningkatkan preferensi pasar ekspor.
Disisi lain, pengembangan komoditas unggulan berbasis komoditas unggulan lokal dalam hal ini one village, one comodity seperti pembangunan kampung nila, kampung kakap putih, kampung lobster, kampung rumput laut dan kampung patin akan menjadi fokus dalam lima tahun mendatang. Konsep ini diharapkan akan menjadi model integrated aquaculture business yang secara langsung memberikan multiplier effect dan pergerakan ekonomi lokal.
Langkah lainnya yakni mendorong investasi baik melalui perbankan maupun non perbankan (crowdfunding). KKP juga akan mendorong agar ada intervensi kebijakan moneter yakni usulan penurunan suku bunga kredit, terutama bagi UMKM perikanan budidaya yakni dari 6% menjadi 3%.
Dukungan langsung untuk meningkatkan efisiensi produksi seperti bantuan input produksi juga akan terus didorong.
Langkah lainnya yakni melakukan reformasi perijinan yang efisien, iklim investasi yang kondusif, perlindungan kawasan, penguatan capacity building dan inovasi teknologi yang adaptif dan efisien, jaminan market serta kemudahan ekses kebutuhan dasar bagi pembudidaya.
Kebijakan adaptif terus didorong KKP terutama dalam upaya mengungkit angka NTPi dan nilai tambah ekonomi pembudidaya ikan. Fokus program yakni bagaimana meningkatkan efisiensi produksi dan menjamin rantai pasok berjalan optimal, sehingga ada perbaikan harga komoditas utama. Bentuk dukungan program antara lain berupa benih, calon induk, pakan mandiri, mesin pakan mandiri, budidaya bioflok dan juga minapadi, terbukti mampu mengembalikan perekonomian pembudidaya dan mendukung ekonomi nasional