DaerahEkonomi Bali

Melepaskan ketergantungan Bali hanya dengan Pariwisata

RedaksiBali.com – Sebagai salah satu tujuan favorit wisatawan domestik dan internasional, Bali telah lama mengandalkan sektor pariwisata dalam perekonomiannya. Namun, pemerintah telah menyadari pentingnya mengurangi ketergantungan Bali pada sektor pariwisata dan berupaya untuk mengembangkan sektor lain yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga sejalan dengan upaya untuk memulihkan Bali setelah masa pandemi COVID-19.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Suharso Monoarfa, mengungkapkan bahwa pemerintah berencana untuk mengembangkan pendekatan blue economy dan green economy di Bali. Selain itu, pendekatan serupa juga akan diterapkan di Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur sebagai penopang Ibu Kota Negara (IKN).

Suharso menjelaskan bahwa ketergantungan Bali pada sektor pariwisata untuk menghidupkan Produk Domestik Bruto (PDB) telah mengalami penurunan. Meskipun sektor pariwisata masih mendominasi, para pelaku ekonomi di Bali telah mulai menggerakkan sektor lain seperti pertanian, makanan, industri, dan pakaian jadi.

baca juga :

Pemkab Badung, Buleleng dan Jembrana Raih Praja Anindita Mahottama

Menyelamatkan Bali dari Kiamat Plastik: Optimalisasi Pajak Turis untuk Solusi Sampah di 2025

Kenapa Bali Masuk Daftar Destinasi yang Tidak Disarankan untuk Dikunjungi pada 2025?

Polemik Kembang Api di Finns Beach Club: Miskomunikasi atau Ketidakpedulian Terhadap Tradisi Adat?

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memberikan kontribusi peluang bisnis kepada sektor-sektor tersebut. Misalnya, batik Pekalongan dapat diperkenalkan dan didorong untuk menjadi salah satu produk unggulan di Bali. Banyak orang mungkin mengira bahwa batik yang ada di Bali dibuat di Bali, padahal sebagian besar berasal dari Pekalongan. Hal serupa juga terjadi pada produk kesenian ukiran, dimana bahan mentah atau setengah jadi didatangkan dari Jawa Tengah, dan kemudian diolah lebih lanjut oleh para pematung Bali.

Tidak hanya sektor ekonomi non-pariwisata, pemerintah juga mendorong Bali untuk mengembangkan sumber energi terbarukan. Salah satu contohnya adalah pembangkit listrik dari tenaga sampah. Sampah dapat diolah menjadi pelet yang nantinya digunakan untuk mengurangi tingkat emisi pembangkit listrik yang saat ini masih menggunakan batu bara. Dengan demikian, Bali dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemerintah melalui Bappenas telah berkomitmen untuk mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan di Bali. Melalui pendekatan blue economy dan green economy, diharapkan Bali dapat menjadi contoh dalam mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata dan memperluas sektor ekonomi yang berkelanjutan.

Upaya ini tidak hanya akan membantu Bali dalam memulihkan ekonominya setelah masa pandemi, tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan menjaga kelestarian lingkungan. Dengan mengembangkan sektor ekonomi yang beragam, Bali dapat memperkuat daya saingnya sebagai destinasi wisata unggulan dan juga sebagai pusat ekonomi yang berkelanjutan.

Sebagai masyarakat, kita juga dapat berperan aktif dalam mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan di Bali. Dengan memilih produk-produk lokal Bali dan mendukung industri-industri non-pariwisata, kita turut berkontribusi dalam menciptakan ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan di Bali.

Sebagai kesimpulan, pengembangan ekonomi Bali melalui pendekatan blue economy dan green economy adalah langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata. Dengan menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya dan mengembangkan sumber energi terbarukan, Bali dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga kelestarian lingkungan. Mari kita dukung upaya ini dan berperan aktif dalam membangun Bali yang lebih baik.

video terkait :

Siplah Umah IT
Umah IT
adaru bhumi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *