Ayah Hukum Anak Makan Cabai, Tragis Berujung Kematian dan Depresi
RedaksiBali.com – Seorang Ayah Hukum Anak Makan Cabai di Singapura menghadapi kenyataan pahit setelah putranya yang berusia 4 tahun tewas akibat tersedak potongan cabai. Insiden ini terjadi pada 2 Agustus 2022, saat sang ayah mencoba mendisiplinkan anaknya dengan cara yang ternyata berujung tragis.
Pada hari kejadian, pria berusia 38 tahun tersebut berada di rumah bersama istri dan empat anaknya. Sekitar pukul 13.50 waktu setempat, ia menyadari bahwa putranya berbau feses. Putranya sedang dalam tahap pelatihan toilet dan seharusnya memberi tahu orang tuanya jika ingin buang air besar, namun ia tidak melakukannya dan bahkan menyangkal telah buang air besar.
Tindakan Disiplin Berujung Malapetaka
Sebagai bentuk disiplin, sang ayah Hukum Anak Makan Cabai untuk memberikan pelajaran disiplin anaknya. Ia mengambil sebuah cabai dari lemari es dan mematahkan sebagian kecil dari ujungnya. Kemudian, ia mendekati putranya yang sedang berbaring di lantai dan memaksa ujung cabai tersebut masuk ke dalam mulut anaknya. Anak tersebut kemudian bangun dan berlari sambil menunjuk tenggorokannya, sebelum akhirnya muntah dan pingsan.
Upaya Penyelamatan yang Gagal
Istri pria tersebut mencoba melakukan manuver Heimlich untuk menyelamatkan anaknya, namun kondisinya tidak membaik. Sang ayah juga berusaha menggunakan jari-jarinya untuk mengeluarkan sumbatan dari mulut anaknya, namun tidak berhasil. Mereka memutuskan untuk membawa anak tersebut ke klinik terdekat, tetapi dokter yang memeriksa menyatakan anak itu tidak bernapas dan tidak berdenyut. Upaya resusitasi jantung paru (CPR) dilakukan, namun sayangnya, anak tersebut dinyatakan meninggal di Rumah Sakit Umum Sengkang pada pukul 15.12 waktu setempat.
Penyebab Kematian dan Hukuman
Penyebab kematian anak tersebut adalah obstruksi jalan napas akut yang disebabkan oleh benda asing. Potongan cabai berukuran 10 mm x 15 mm x 8 mm ditemukan bersarang di jalan napas anak itu. Akibat perbuatannya, sang ayah dijatuhi hukuman delapan bulan penjara pada 30 Mei lalu dengan tuduhan tindakan gegabah yang menyebabkan kematian.
Penyesalan Mendalam dan Depresi
Setelah kejadian tersebut, sang ayah didiagnosis menderita gangguan depresi berat dan sempat berpikir untuk bunuh diri. Pengacara dari Kantor Pembela Umum (PDO) Singapura menyatakan bahwa pria tersebut bukanlah seorang ayah yang kejam, melainkan seorang ayah yang penyayang dan berorientasi pada keluarga. Kesaksian dari istri dan keluarganya mendukung klaim tersebut. Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam harus ia jalani selama sisa hidupnya.
Hakim yang menangani kasus ini menggambarkan insiden tersebut sebagai "kasus yang menyedihkan" dan menekankan bahwa hal ini dapat dicegah jika cara disiplin yang digunakan lebih bijaksana. "Ini adalah sesuatu yang harus dia jalani selama sisa hidupnya," kata pengacara tersebut.