DaerahPariwisataWisata

Kenapa Bali Masuk Daftar Destinasi yang Tidak Disarankan untuk Dikunjungi pada 2025?

RedaksiBali.com – Bali, destinasi wisata yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, kembali menjadi sorotan internasional. Pada tahun 2025, Fodor’s, penerbit panduan perjalanan asal Amerika Serikat, memasukkan Bali dalam daftar destinasi yang sebaiknya tidak dikunjungi wisatawan. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran tentang dampak overtourism yang mulai mengancam keseimbangan lingkungan, warisan budaya, dan infrastruktur pulau tersebut.

Menurut laman resmi Fodor’s, pembangunan yang tidak terkendali akibat pariwisata berlebihan telah merusak habitat alami Bali, meningkatkan polusi plastik, dan mengikis identitas budaya lokal. Masalah ini disebut sebagai ancaman besar yang memengaruhi daya tarik Bali sebagai tujuan wisata utama.

Apa Itu Overtourism?
Overtourism terjadi ketika jumlah wisatawan yang datang ke suatu destinasi melebihi kapasitas yang mampu ditampung oleh infrastruktur dan lingkungan setempat. Dampak overtourism meliputi:

  • Kerusakan lingkungan, termasuk pencemaran pantai dan lautan.
  • Tekanan sosial terhadap masyarakat lokal akibat interaksi yang tidak berimbang dengan wisatawan.
  • Infrastruktur yang tidak mampu mengakomodasi jumlah pengunjung, menciptakan ketidaknyamanan bagi penduduk lokal dan wisatawan.

baca juga:

Pemkab Badung, Buleleng dan Jembrana Raih Praja Anindita Mahottama

Menyelamatkan Bali dari Kiamat Plastik: Optimalisasi Pajak Turis untuk Solusi Sampah di 2025

Polemik Kembang Api di Finns Beach Club: Miskomunikasi atau Ketidakpedulian Terhadap Tradisi Adat?

Universitas Udayana Gelar Uji Publik Pilkada Bali 2024

Masalah Sampah dan Polusi di Bali
Bali menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah per tahun, dengan 303.000 ton di antaranya berupa plastik. Namun, hanya 48% dari total sampah tersebut yang dikelola secara bertanggung jawab, dan hanya 7% sampah plastik yang didaur ulang. Akibatnya, banyak sampah mencemari pantai-pantai populer seperti Kuta dan Seminyak, mengurangi daya tarik wisata alam pulau ini.

Tekanan pada Masyarakat Lokal
Selain masalah lingkungan, overtourism juga memengaruhi hubungan antara wisatawan dan penduduk lokal. Banyak wisatawan dinilai kurang menghormati adat dan tradisi masyarakat Bali, menciptakan jarak sosial yang semakin lebar. Kristin Winkaffe, pakar perjalanan berkelanjutan di Asia Tenggara, menyebut bahwa tanpa perubahan, Bali tidak hanya kehilangan keindahan alamnya tetapi juga identitas budayanya yang khas.

Daftar Destinasi yang Mengalami Masalah Serupa
Selain Bali, sejumlah destinasi lain di dunia juga masuk dalam daftar Fodor's karena tantangan overtourism, termasuk:

  1. Barcelona, Spanyol – Menghadapi protes warga akibat lonjakan wisatawan yang mengganggu kehidupan lokal.
  2. Mallorca, Spanyol – Penduduk lokal mengeluhkan peningkatan biaya hidup akibat pariwisata massal.
  3. Venesia, Italia – Berupaya mengurangi dampak overtourism dengan menaikkan tarif masuk wisatawan.
  4. Kyoto, Jepang – Tekanan besar terhadap budaya lokal akibat lonjakan turis asing.

Langkah yang Bisa Dilakukan
Untuk mengatasi overtourism, Bali dapat mengadopsi beberapa strategi, seperti:

  • Menerapkan pembatasan jumlah wisatawan, terutama di lokasi-lokasi populer.
  • Meningkatkan pengelolaan limbah, termasuk daur ulang sampah plastik secara efektif.
  • Mengedukasi wisatawan tentang pentingnya menghormati budaya lokal dan menjaga kebersihan lingkungan.
  • Mengembangkan pariwisata berkelanjutan dengan memprioritaskan keseimbangan antara ekonomi, lingkungan, dan budaya.

Masuknya Bali dalam daftar destinasi yang tidak disarankan untuk dikunjungi tahun 2025 menjadi peringatan penting tentang dampak pariwisata yang tidak berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat, Bali memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan overtourism dan kembali menjadi destinasi wisata unggulan yang ramah lingkungan dan budaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *