Hubungan InternasionalInternasionalPolitik Internasional

Amerika Serikat Kecewa atas Dukungan China terhadap Putin dalam Perang Ukraina

RedaksiBali.com – Amerika Serikat (AS) menyampaikan kekesalannya terhadap Dukungan China terhadap Putin, dalam perangnya di Ukraina. Kekesalan ini muncul di tengah kunjungan resmi Putin ke China pada Kamis, yang disambut hangat oleh para pemimpin komunis negara tersebut. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa tindakan China ini menjadi ancaman besar bagi keamanan Eropa dan bertentangan dengan sikap Uni Eropa, NATO, dan G7.

Kunjungan Putin ke China dan Reaksi Internasional

Kunjungan Vladimir Putin ke China merupakan perjalanan internasional pertamanya sejak terpilih untuk masa jabatan kelima sebagai presiden Rusia. Kunjungan ini terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina yang telah memasuki tahun ketiga. AS dan negara-negara Barat lainnya terus berusaha untuk mengisolasi Moskow secara internasional. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa tanpa Dukungan China terhadap Putin akan kesulitan melanjutkan perangnya di Ukraina. “Tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresi terhadap Ukraina,” ujarnya.

Jonathan Ward, peneliti senior di Hudson Institute, menyatakan bahwa kunjungan ini mencerminkan hubungan yang semakin erat antara Rusia dan China. Menurutnya, poros Rusia-China telah terbentuk, dan dukungan China terhadap Rusia menunjukkan kemitraan yang mendalam, yang bisa berpotensi menimbulkan aktivitas lebih jahat di masa depan.

baca juga ….

Tentara Israel Injak Bendera Arab Saudi dengan Lafaz Syahadat: Insiden yang Memicu Kemarahan Publik Muslim

Israel Serang Jemaah Palestina Saat Idul Adha di Al-Aqsa, Tepi Barat, dan Gaza

Biden Usai Hunter Biden Divonis Bersalah: Saya Presiden Juga Seorang Ayah

Potensi Terhambat Rencana TNI Kirim Pasukan ke Gaza Oleh Negara Pemilik Hak Veto

Dukungan Ekonomi dan Diplomatik China kepada Rusia

Dalam diskusinya dengan Putin, Presiden China Xi Jinping memuji 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara dan menyerukan "koordinasi strategis yang erat". Putin menambahkan bahwa Rusia siap untuk membangun kerja sama guna mendorong pembentukan tatanan internasional yang lebih adil dan setara. Kedua pemimpin menandatangani serangkaian dokumen mengenai berbagai isu, mulai dari ekonomi hingga konservasi.

Di tengah sanksi internasional atas Ukraina, Rusia semakin bergantung pada perdagangan dengan China untuk menopang perekonomiannya. Namun, hubungan ekonomi ini telah menghadapi tantangan, terutama dengan sanksi sekunder dari pemerintahan Biden yang bertujuan membatasi impor dan transaksi keuangan yang dapat mendukung basis industri militer Kremlin. Beberapa bank besar China telah berhenti menerima pembayaran dari pedagang Rusia untuk menghindari sanksi baru.

Dampak Ekonomi dan Perubahan Dinamika Perdagangan

Meskipun perdagangan antara China dan Rusia meningkat selama dua tahun terakhir, data bea cukai China menunjukkan bahwa ekspor ke Rusia merosot bulan lalu untuk pertama kalinya sejak perang Ukraina dimulai. Hal ini menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang dirasakan kedua negara akibat sanksi yang diberlakukan oleh AS dan sekutunya.

Bulan lalu, Kongres AS menyetujui bantuan tambahan hampir USD 100 miliar untuk Ukraina, Israel, dan mitra Indo-Pasifik, termasuk Taiwan yang diklaim China. Bantuan ini mencerminkan komitmen AS untuk mendukung sekutunya dan menekan Rusia serta China secara diplomatik dan ekonomi.

Dukungan berkelanjutan China terhadap Rusia dalam perang Ukraina memicu ketegangan baru dalam hubungan internasional, terutama dengan AS dan sekutunya. Kunjungan resmi Putin ke China dan penguatan hubungan ekonomi serta diplomatik kedua negara menunjukkan adanya kemitraan strategis yang mendalam, yang berpotensi menimbulkan dampak lebih luas di panggung geopolitik global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *